Seperti
karya seni lainnya film juga memiliki daya pengaruh, bahkan terkadang film
lebih dapat menyentuh dan menggerakkan perasaan penikmatnya. Seperti film
Wall-E produksi Disney-Pixar yang bercerita tentang keadaan bumi diabad ke 22.
Film ini berhasil menyentuh sisi-sisi kemanusiaan penontonnya baik dari segi
persahabatan, romantisme, humor, teknologi dan lingkungan hidup.
Segi lingkungan hidup adalah segi
yang paling menonjol dari film ini, dilihat dari latar, tema, hingga maknanya.
Walau film ini dibuat secara imajiner tetapi semua kejadian di dalamnya dapat
diterima akal sehat, bahkan bisa saja terjadi bila manusia tak acuh terhadap
lingkungannya.
Film ini mengajak kita untuk sedikit
berimajinasi tentang kehidupan bila bumi sudah tak layak huni misalnya betapa
berharganya sebuah bibit tanaman, sulitnya mencari planet yang senyaman bumi,
tidak enaknya hidup tergantung dengan alat-alat seperti berjalan menggunakan
kursi, berkomunikasi dengan computer dan siang malam yang diatur oleh pilot
otomatis.
Maka hendaklah kita bersyukur kepada
Tuhan atas hadiah-Nya yang dahsyat ini, Yakni berupa alam yang sangat nyaman
bahkan berlimpah.www.sendria.blogspot.com Belum ada planet lain dari jangkauan manusia yang senyaman bumi,
betapapun canggihnya teknologi takkan dapat menyaingi anugerah Tuhan berupa
udara yang sejuk, pohon-pohon rindang, atmosfer, sejuknya air, makanan hasil
cocok tanam, badan yang sehat dsb.
Seperti cerminan Wall-E mungkin di
masa depan manusia akan baru akan menyadari berharganya alam bila tak acuh
dengan kondisi lingkungan kini. Manusia akan kebingungan mencari planet baru,
mencari tanaman (yang padahal sekarang bertebaran dimana-mana), bahkan tidak
tahu bagaimana tanah itu dan hidup dengan tergantung alat-alat canggih yang
meskipun canggih tidak dapat mengalahkan kenyamanan kaki, tangan dan panca
indera yang diberikan Tuhan.
Lantas, apakah kita masih terus tak
acuh dengan lingkungan hidup kita dan berpikir bahwa menjaga lingkungan bukan
tanggung jawab kita? Apakah kita masih berpikir bahwa yang semestinya
bertanggung jawab hanyalah pemilik pabrik-pabrik besar, para penguasa dsb? Mungkin
banyak dari kita yang masih tidak tau harus berbuat apa bahkan banyak yang
masih berpikir bahwa semboyan peduli lingkungan hidup hanyalah sesuatu yang
idealistik dan tidak real. Coba pikirkan sekali lagi, bila satu per satu dari
kita masih tak acuh lalu siapa yang memulai?
Ibarat memberi warisan untuk anak cucu kita, tega kah
kita memberi warisan berupa rumah yang mengerikan padahal saat kita tinggali
rumah itu adalah rumah yang sangat nyaman dan mereka dan terpaksa mereka
tinggal di situ mau tidak mau.www.sendria.blogspot.com Dari kecil kita pasti punya cita-cita, banyak
dari kita yang bermimpi untuk berkeluarga di kemudian hari, memiliki anak-anak
yang lucu, cerdas, patuh, banyak rejeki, rupawan, dan bahagia pastinya. Tetapi
jarang dari kita yang berpikir bagaimana kehidupannya kelak, alam seperti apa
yang kelak ia tinggali? Membahagiakankah lingkungan yang ia tinggali?
Patutlahkita berpikir realistis dan tidak egois, bila
kita bercita-cita memiliki anak dan keturunan maka pikirkan juga kehidupan
mereka. Bila kita ingin anak kita kelak bahagia maka pikirkan juga apa yang
bisa kita lakukan untuk itu mulai sekarang, pikirkan tentang dunia dan
lingkungan yang kelak ditinggalinya agar mereka turut merasakan ‘rumah’ yang
nyaman. Mengingat lingkungan hidup mencakup semua aspek-aspek kehidupan
manusia.
Jangan biarkan kita menyesalinya dan membiarkan
anak-cucu kita yang menanggung hasil perbuatan kita. Kita harus sadar apa yang
lebih penting dan yang lebih berharga. Bila kita terus tak acuh terhadap
keseimbangan lingkungan mungkin kelak manusia baru sadar bahwa manusia tidak
akan pernah bisa memakan mesin dan uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar