09/02/14

Refleksi Tentang Lingkungan Hidup dari Film Wall-E



Seperti karya seni lainnya film juga memiliki daya pengaruh, bahkan terkadang film lebih dapat menyentuh dan menggerakkan perasaan penikmatnya. Seperti film Wall-E produksi Disney-Pixar yang bercerita tentang keadaan bumi diabad ke 22. Film ini berhasil menyentuh sisi-sisi kemanusiaan penontonnya baik dari segi persahabatan, romantisme, humor, teknologi dan lingkungan hidup.
            Segi lingkungan hidup adalah segi yang paling menonjol dari film ini, dilihat dari latar, tema, hingga maknanya. Walau film ini dibuat secara imajiner tetapi semua kejadian di dalamnya dapat diterima akal sehat, bahkan bisa saja terjadi bila manusia tak acuh terhadap lingkungannya.
            Film ini mengajak kita untuk sedikit berimajinasi tentang kehidupan bila bumi sudah tak layak huni misalnya betapa berharganya sebuah bibit tanaman, sulitnya mencari planet yang senyaman bumi, tidak enaknya hidup tergantung dengan alat-alat seperti berjalan menggunakan kursi, berkomunikasi dengan computer dan siang malam yang diatur oleh pilot otomatis.
            Maka hendaklah kita bersyukur kepada Tuhan atas hadiah-Nya yang dahsyat ini, Yakni berupa alam yang sangat nyaman bahkan berlimpah.www.sendria.blogspot.com Belum ada planet lain dari jangkauan manusia yang senyaman bumi, betapapun canggihnya teknologi takkan dapat menyaingi anugerah Tuhan berupa udara yang sejuk, pohon-pohon rindang, atmosfer, sejuknya air, makanan hasil cocok tanam, badan yang sehat dsb.
            Seperti cerminan Wall-E mungkin di masa depan manusia akan baru akan menyadari berharganya alam bila tak acuh dengan kondisi lingkungan kini. Manusia akan kebingungan mencari planet baru, mencari tanaman (yang padahal sekarang bertebaran dimana-mana), bahkan tidak tahu bagaimana tanah itu dan hidup dengan tergantung alat-alat canggih yang meskipun canggih tidak dapat mengalahkan kenyamanan kaki, tangan dan panca indera yang diberikan Tuhan.
            Lantas, apakah kita masih terus tak acuh dengan lingkungan hidup kita dan berpikir bahwa menjaga lingkungan bukan tanggung jawab kita? Apakah kita masih berpikir bahwa yang semestinya bertanggung jawab hanyalah pemilik pabrik-pabrik besar, para penguasa dsb? Mungkin banyak dari kita yang masih tidak tau harus berbuat apa bahkan banyak yang masih berpikir bahwa semboyan peduli lingkungan hidup hanyalah sesuatu yang idealistik dan tidak real. Coba pikirkan sekali lagi, bila satu per satu dari kita masih tak acuh lalu siapa yang memulai?
Ibarat memberi warisan untuk anak cucu kita, tega kah kita memberi warisan berupa rumah yang mengerikan padahal saat kita tinggali rumah itu adalah rumah yang sangat nyaman dan mereka dan terpaksa mereka tinggal di situ mau tidak mau.www.sendria.blogspot.com Dari kecil kita pasti punya cita-cita, banyak dari kita yang bermimpi untuk berkeluarga di kemudian hari, memiliki anak-anak yang lucu, cerdas, patuh, banyak rejeki, rupawan, dan bahagia pastinya. Tetapi jarang dari kita yang berpikir bagaimana kehidupannya kelak, alam seperti apa yang kelak ia tinggali? Membahagiakankah lingkungan yang ia tinggali?     
Patutlahkita berpikir realistis dan tidak egois, bila kita bercita-cita memiliki anak dan keturunan maka pikirkan juga kehidupan mereka. Bila kita ingin anak kita kelak bahagia maka pikirkan juga apa yang bisa kita lakukan untuk itu mulai sekarang, pikirkan tentang dunia dan lingkungan yang kelak ditinggalinya agar mereka turut merasakan ‘rumah’ yang nyaman. Mengingat lingkungan hidup mencakup semua aspek-aspek kehidupan manusia.
Jangan biarkan kita menyesalinya dan membiarkan anak-cucu kita yang menanggung hasil perbuatan kita. Kita harus sadar apa yang lebih penting dan yang lebih berharga. Bila kita terus tak acuh terhadap keseimbangan lingkungan mungkin kelak manusia baru sadar bahwa manusia tidak akan pernah bisa memakan mesin dan uang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar